Untuk  menyegarkan kembali ingatan kita, ada baiknya kita kembali  mengingat-ingat bebrapa hal yang berkaitan dengan penetapan peserta Liga  oleh Pengurus PSSI. Ini penting agar kita dapat memahami latar belakang  mengapa PSSI menyatakan ISL ilegal dan mengapa pula AFC dan FIFA hanya  mengakui IPL. Pengakuan AFC atas IPL telah terbukti dengan dicoretnya  keikut sertaan Persipura ke Pentas Asia.
Pertama, kita masih  ingat ketika AFC mengumumkan syarat-syarat sebuah Club Sepak Bola untuk  dinyatakan layak mengikuti Kompetisi Liga Profesional. Kelima syarat  yang sudah berulangkali diumumkan dan di sosialisasikan kepada club-club  PSSI, termasuk salah satunya di Hotel Kartika Chandra.
Club-club kemudian mendaftar ulang. Atas dasar penilaian tersebut, AFC  menyatakan tidak ada satupun club peserta ISL selama ini yang dinyatakan  memenuhi syarat profesional. Artinya Liga yang selama ini dijalankan di  Indonesia tidak termasuk dalam kategori Liga profesional.
Atas  dasar penilaian tersebut, kemudian PSSI mengumumkan bahwa kopetisi yang  selama ini dijalankan tidak termasuk kategori profesional, dan oleh  karena itu maka club-club yang berlaga di ISL atau Divisi Utama  sebelumnya tidak serta merta dapat berkompetisi di Liga Profesional  Indonesia.
PSSI meminta cluc-club di verifikasi oleh AFC, untuk  ditentukan sebuah club layaknya ikut di kompetisi mana, Level 1 atau  Level 2. Singkatnya peserta kompetisi tidak lagi ditentukan atas keikut  sertaannya pada kompetisi ISL dan Devisi Utama musim lalu, tapi  semata-mata hasil verifikasi AFC dan PSSI tersebut. Semua club di  perlakukan sama, apakah dia club baru, peserta ISL atau peserta Diivisi  Utama. Liga mulai lagi dari nol.
Oleh karena itu tidak relevan  kalau sekarang club-club mempersoalkan mengapa tiba-tiba club A ikut IPL  padahal dulu dia tidak ikut kompetisi. Tidak relevan mempersoalkan club  yang promosi dari Divisi Utama atau club yang terdegradasi darim liga  Super. semua club diperlakukan sama.
Kalau mengacu pada hal-hal  tersebut diatas, seharusnya tidak ada kompetisi yang menamakan diri  kelanjutan kompetisi yang lalu. Tidak ada petanyaan mengapa club A  tiba-tiba masuk, Club B tidak ikut, dsb. Kalau sudah sepakat kita mulai  dari awal, dari nol, ya lupakan yang lalu, kita mulai yang baru. Harapan  kita Liga yang baru di ikuti sesuai peringkat club hasil verifikasi,  dan jalankan kompetisi dengan cerdas, terbuka, terukur, demokratis dan  fair. Tidak ada skor yang diatur, tidak ada wasit yang di atur-atur,  tidak ada sikap dan tingkah laku yang membalelo. menantang, mempovokasi.  Biarkan dulu kompetisi berjalan sesuai yang di jalankan PSSI sambil di  perbaiki kalau ada hal-hal yang masih belum tepat.
Kalau  masalah legalitas biar PSSI yang urus, toch penetapan peserta liga juga  hasil verifikasi dengan AFC. Karenanya sangat tidak pantas kalau  sekarang kita menyatakan dua liga ini sama-sama legal, sama -sama diakui  oleh AFC. Secara logika AFC tentu hanya akan mengakui liga yang diikuti  oleh club-club yang ikut di verifikasi oleh mereka.
Jadi  sudahlah. Stop pertengkaran. Stop saling menyalahkan. Stop rasa paling  benar menurut statuta. Ikut saja liga yang dikelola PSSI, itu akan lebih  baik bagi kemajuan pesepakbolaan Indonesia.
Selamat mengoreksi diri masing-masing. Majulah sepakbola Indonesia.